Jumat, 12 November 2010

Retrospeksi 30 Tahun Ghea Panggabean Bernafas Modern


Lifestyle » Trend and Fashion » Retrospeksi 30 Tahun Ghea Panggabean Bernafas Modern

Retrospeksi 30 Tahun Ghea Panggabean Bernafas Modern


Kamis, 11 November 2010 - 12:43 wib

Fitri Yulianti - Okezone



(Foto: jakartafashionweek)
30 tahun sudah usia pengabdian desainer senior Ghea Panggabean pada fesyen Tanah Air. Konsitensinya dalam mengeskplorasi kain tradisional diapreasi dalam show khusus pada Jakarta Fashion Week (JFW) 2010/2011.

Fashion show khusus didedikasikan oleh Femina, penyelenggara JFW, kepada Ghea atas pengabdiannya di dunia fesyen Tanah Air selama 30 tahun. Sekaligus, usahanya yang tak kenal lelah untuk menggali kebudayaan Indonesia—terutama dalam seni tenun—dan menampilkannya ke pentas fesyen, baik dalam negeri maupun internasional.

Dalam pergelaran bertema “Ghea, 30 Years Dedicated to Fashion”, Ghea mengungkapkan bentuk cintanya pada tekstil dan kebudayaan Indonesia lewat karya-karya memesona. Namun, kain nusantara tempo dulu itu dihadirkannya kembali dalam nafas kekinian.

Tribute to textile and Indonesian heritage. Reinventing heritage, kain dan motif lama saya kemas kembali dalam gaya 2000-an,” kata Ghea pada konferensi pers JFW 2010/2011, Rabu (11/11/2010) malam.

Fashion show ini adalah retrospeksi karya-karya yang pernah saya tampilkan. Saya ingin menyampaikan sebuah cerita dan tema di dalamnya, bahwa ini adalah tentang textile story,” imbuh penghobi traveling dan berburu tekstil lama ini.

Ghea membagi proses penceritaannya menjadi empat sekuen, yakni Bohemian, Gypsi Traveling, Spirituality, dan Untukmu Indonesia-ku.

“Bohemian banyak bermain dengan manik dan warna. Inspirasi datang dari pemusik seperti The Beatles dan Rolling Stone pada era 80-an. Saya senang lagu-lagu abadi seperti itu. Pada sekuen kedua, saya tribute untuk teman-teman Boho di Bali dan Maroko yang hobi traveling. Busana yang tampil cenderung cross culture,” papar Ghea.

“Pada sekuen Spirituality, menurut saya, ini bagian penting dalam hidup. Kita harus bersyukur, berkomunikasi dengan Yang Maha Kuasa, penuh peace and love, apapun agamanya. Dan sekuen terakhir, saya persembahkan untuk semua yang saya cinta dari Indonesia, terutama sulaman dan songket,” tambah peraih penghargaan 10th Best of ASEAN Designers Award in Singapore pada 1987 ini.

Begitu banyak pengaruh dari luar terhadap kain nusantara, dari China, India, dan sebagainya, tapi selama tiga dasawarsa berkarya, Ghea selalu menemukan hal baru yang rasanya tak pernah habis untuk dieksplorasi.

“Ada dua hal dalam pikiran saya. Pertama, saya seorang desainer Indonesia, dan karena itu saya harus mengangkat sesuatu dari Indonesia. Kedua, saya tak ingin karya saya tidak sekadar artistik, tapi juga harus abadi dan tak lekang ditelan zaman,“ tukas desainer yang menjadi pionir penggarapan kain etnik ini.

Bersyukur menjadi prinsip hidup yang ditanamkan Ghea pada setiap perjalanan karyanya hingga kini telah berusia 30 tahun. Ghea bersyukur bahwa inspirasi tak pernah berhenti datang padanya.

“Saya selalu bersyukur, setiap hari saya bersyukur karena masih eksis dan bisa mendapatkan banyak inspirasi dari mana pun. For other, fashion is glamour, but actually it’s hard work nonstop,” tutur Ghea yang karyanya telah dimiliki selebriti dunia, seperti Cindy Crawford, Julia Roberts, dan Mick Jagger ini.

Rencananya, dalam waktu dekat Ghea akan menghidupkan kembali lini Ghea Kids yang sempat eksis pada era 80-an. Ia juga akan mengeluarkan buku berisi perjalanan karyanya di dunia fesyen Tanah Air yang diharapkan bisa menjadi inspirasi bagi pencinta fesyen dan desainer muda.(ftr)

Ingin dapat Jutaan Rupiah dari internet - klik aja yach :-)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar